Langsung ke konten utama

DINI

 Tantangan Menulis Febuari Ceria PGRI, hari ke 4

Februari 04, 2023

Tantangan Menulis Febuari Ceria PGRI, hari ke 4

 

DINI

       Dengan gaya khas seorang gadis kecil menghampiriku, seraya menyapa saya,” assalamualaikum bu” diiringi tanganya yang kuat menyalami tangan saya lalu dia tempelkan dihidungnya. Pagi itu seperti biasa saya menunggu di gerbang sekolah,menyambut siswa yang baru tiba  ke sekolah. Siswa siswi yang baru tiba ada yang malu-malu untuk mrnyapa guru yang menunggu di gerbang, ada yang dengan kepercayaan dirinya yang luar biasa menyapa dan bercerita tentang kisah dia sebelum berangkat sekolah.

      “Masuk-masuk”terdengar teriak beberapa siswa dari depan kelas gedung atas tepatnya depan kelas empat. Pagi itu karena ada kegiatan pertemuan kelompok kerja guru kelas empat, sebelum berangkat guru kelas empat memberi tugas terlebih dahulu kepada siswa siswi untuk dikerjakan hari ini. Setelah guru wali kelas empat, saya secara diam-diam mengamati dari pintu kelas, Siswa pun mengerjakan tugas dengan penuh tanggungjawab, terlihat dengan posisi duduknya di bangku nasing-masing. Dengan langkah yang tak bersuara dan sambil mengucapkan salam saya menuju ke kursi dan meja guru yang terketak paling depan sudut kanan siswa.

         Di meja guru kelas empat saya membolak balik data siswa sembari  duduk di kursi yang tersedia satu set dengan meja. Lembar demi lembar saya baca data per siswa ternyata siswa kelas  empat banyak belum memiliki akta kelahiran. Saya mencoba mengambil  handphone di saku baju kanan saya, lalu menghungi operator sekolah menanyakan keabsahan data-data siswa yang ada. “ Assalamualaikum bu, benar di sekolah kita banyak siswa yang belum memiliki akta kelahiran’ terdengar suara operator sekolah memberi tahu saya yang pada saat ini dipercayai menjadi kepala sekolah di sekolah dasar Popiya. Setelah berakhir jam pelajaran di kelas empat,saya mengajak semua dewan guru untuk mengumunkan pada setiap kelas, bagi siswa yang belum punya akta kelahiran, besok mohon orang tua/wali diminta datang ke selolah dengan membawa syarat-syarat yang ada brosur yang dibagikan.

       Sinar matahari makin menyengat, sembari menunggu jam pulang sekolah saya menulis pengumuman via grup wa. Pengumuman yang berbunyi supaya besok semua wali murid yang anaknya belum punya akta diharapkan besok diharapkan datang ke sekolah membawa syarat-syarat yang ada pada brosur. Setelah berita terkirim ternyata banyak wali murid yang menanggapi dan bersedia besok membawa berkas yang menjadi syarat untuk membuat akta kelahran.

          Pada hari ini saya datang ke sekolah lebih awal karena saya tak mau yang tiba disekolah didahului oleh wali murid. Hati senang saya tepat pukul 07.15.WIB saya susdah sampai di sekolah. Tapi ternyata saya sudah didahului oleh salah satu wali murid yang sudah duduk di tempat parkiran di samping gedung ruang kepala sekolah. Dengan senyum dan wajah bahagia saya menyambut wali murid  tersebut” maaf ibu, mari silakan masuk ke kantor saya dan silakan duduk disini “. Sapa saya sambil menuju ke arah kursi yang ada di ruang kepala sekolah.

        Saya memulai pembicaraan dan menanyakan apakah ibu sudah membawa persyaratan yang diinginkan untuk diajukan ke DUKCAPIL untuk pengusulan pembuatan akta kelahiran. Dengan tak ragu-ragu ibu itu mengeluarkan semua syarat yang diinginkan tapi dia tidak mau mengumpul

salah  satu syarat yaitu buku catatan buku nikah. “Bu maaf saya mau mengumpul syarat-syarat yang ibu minta tapi maaf bu saya mohon nanti anak saya Dini bintinya ibu saja” jelas ibu dengan nada semnagat. “Mengapa begitu ibu?, kenapa Dini harus binti ibu sedangkan  Dini ada bapak yang syah dan ibu punya akta nikah?’, tanya saya dengan ibu Dini. “Bu saya sudah pisah dengan bapaknya Dini, saya tidak berkenan kalua  ayahnya yang ditulis di akta nanti”, jelas ibu Dini siswa kelas empat. Dini anak yang berprestasi di SD Popiya, banyak perlombaan dan kejuaraan diraih oleh Dini. ‘Bu.. pokoknyo sayo minta tolong anak saya bintinya saya ibunya” ibu Dini menjelaskan kembali.

          Kasus Dini siswa saya betul adanya, kenapa Dini harus menjadi korban, dia tidak diizinkan ibunya mendapatkan haknya sebagai anak bapaknya. Keutuhan keluarga sangat memwarnai langkah anak- anak dalam dunia Pendidikan.

       

                                                SEMOGA TIDAK ADA DINI YANG LAIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurus Jitu Menulis Cerita Fiksi

  JURUS JITU MENULIS CERITA FIKSI   Judul                                 : Jurus Jitu Menulis Cerita Fiksi Pertemuan                                :  ke-10 Tanggal                             : 30 januari 2023 Tema                                 : Kiat Menulis Cerita Fiksi Narasumber                      : Sudomo, S.Pt. Moderator                       ...

Teknik Promosi Buku

  Teknik Promosi Buku Judul                     : Teknik Promosi Buku Resume                 : 28 Tanggal                : 13 Maret 2023 Tema                    : Strategi Promosi Buku dengan Tepat Narasumber         : Akbar Zainuddin, MM, MNE Moderator            : Sim Chung Wei, SP Pertemuan ke 28 KBMN PGRI Angkatan 28 mengukuhkan materinya dengan topik teknik promosi buku. Apa itu promosi buku? Membaca kata promosi  yang ada di benak dan pikiran semua orang tentu sangat erat kaitannya dengan jualan walaupun tidak semua promosi itu bersifat jualan.  Dalam konteks bisnis, promosi adalah cara seseorang, sekelompok orang, atau sebuah perusahaan menyebar...

Blog Sebagai Media Dokumentasi dan Refleksi Diri

  Blog Sebagai Media Dokumentasi dan Refleksi Diri  Resume.       : 29  Gelombang   : 28 Hari,Tgl.        : Rabu , 15 Maret 2023 Tema.             : Blog sebagai Media Dokumentasi dan Refleksi Diri Narasumber : Bambang Purwanto, S.Kom, Gr. Moderator.   :  Gina Dwi  Septiani, S.Pd. M.Pd. Malam kedua terakhir di pertemuan kelas KBMN......aku terhuyung lelah...dengan tugas yang menumpuk dan keinginanku untuk terus mengikuti kelas menulis ini.  Laaa haula wala quwwata illah billah... Maju terus pantang mundur...untuk satu tujuan...jadi Penulis. Kelas dimulai oleh moderator Gina Dwi  Septiani dengan narasi yang indah dari John Dewey "Kita tidak belajar dari pengalaman… kita belajar dari merefleksikan pengalaman." - John Dewey Lalu pertanyaan - pertanyaan dari Mba Gina  mengenai Materi malam ini muncul . "Pernahkan sahabat sekalian men...