Tantangan Menulis Febuari Ceria PGRI, hari ke 4
Tantangan Menulis Febuari Ceria
PGRI, hari ke 4
DINI
Dengan
gaya khas seorang gadis kecil menghampiriku, seraya menyapa saya,”
assalamualaikum bu” diiringi tanganya yang kuat menyalami tangan saya lalu dia
tempelkan dihidungnya. Pagi itu seperti biasa saya menunggu di gerbang
sekolah,menyambut siswa yang baru tiba
ke sekolah. Siswa siswi yang baru tiba ada yang malu-malu untuk mrnyapa
guru yang menunggu di gerbang, ada yang dengan kepercayaan dirinya yang luar
biasa menyapa dan bercerita tentang kisah dia sebelum berangkat sekolah.
“Masuk-masuk”terdengar
teriak beberapa siswa dari depan kelas gedung atas tepatnya depan kelas empat.
Pagi itu karena ada kegiatan pertemuan kelompok kerja guru kelas empat, sebelum
berangkat guru kelas empat memberi tugas terlebih dahulu kepada siswa siswi
untuk dikerjakan hari ini. Setelah guru wali kelas empat, saya secara diam-diam
mengamati dari pintu kelas, Siswa pun mengerjakan tugas dengan penuh
tanggungjawab, terlihat dengan posisi duduknya di bangku nasing-masing. Dengan
langkah yang tak bersuara dan sambil mengucapkan salam saya menuju ke kursi dan
meja guru yang terketak paling depan sudut kanan siswa.
Di meja
guru kelas empat saya membolak balik data siswa sembari duduk di kursi yang tersedia satu set dengan
meja. Lembar demi lembar saya baca data per siswa ternyata siswa kelas empat banyak belum memiliki akta kelahiran.
Saya mencoba mengambil handphone di saku
baju kanan saya, lalu menghungi operator sekolah menanyakan keabsahan data-data
siswa yang ada. “ Assalamualaikum bu, benar di sekolah kita banyak siswa yang
belum memiliki akta kelahiran’ terdengar suara operator sekolah memberi tahu
saya yang pada saat ini dipercayai menjadi kepala sekolah di sekolah dasar
Popiya. Setelah berakhir jam pelajaran di kelas empat,saya mengajak semua dewan
guru untuk mengumunkan pada setiap kelas, bagi siswa yang belum punya akta
kelahiran, besok mohon orang tua/wali diminta datang ke selolah dengan membawa
syarat-syarat yang ada brosur yang dibagikan.
Sinar
matahari makin menyengat, sembari menunggu jam pulang sekolah saya menulis
pengumuman via grup wa. Pengumuman yang berbunyi supaya besok semua wali murid
yang anaknya belum punya akta diharapkan besok diharapkan datang ke sekolah
membawa syarat-syarat yang ada pada brosur. Setelah berita terkirim ternyata
banyak wali murid yang menanggapi dan bersedia besok membawa berkas yang
menjadi syarat untuk membuat akta kelahran.
Pada
hari ini saya datang ke sekolah lebih awal karena saya tak mau yang tiba
disekolah didahului oleh wali murid. Hati senang saya tepat pukul 07.15.WIB
saya susdah sampai di sekolah. Tapi ternyata saya sudah didahului oleh salah
satu wali murid yang sudah duduk di tempat parkiran di samping gedung ruang
kepala sekolah. Dengan senyum dan wajah bahagia saya menyambut wali murid tersebut” maaf ibu, mari silakan masuk ke
kantor saya dan silakan duduk disini “. Sapa saya sambil menuju ke arah kursi
yang ada di ruang kepala sekolah.
Saya
memulai pembicaraan dan menanyakan apakah ibu sudah membawa persyaratan yang
diinginkan untuk diajukan ke DUKCAPIL untuk pengusulan pembuatan akta
kelahiran. Dengan tak ragu-ragu ibu itu mengeluarkan semua syarat yang
diinginkan tapi dia tidak mau mengumpul
salah satu
syarat yaitu buku catatan buku nikah. “Bu maaf saya mau mengumpul syarat-syarat
yang ibu minta tapi maaf bu saya mohon nanti anak saya Dini bintinya ibu saja”
jelas ibu dengan nada semnagat. “Mengapa begitu ibu?, kenapa Dini harus binti
ibu sedangkan Dini ada bapak yang syah
dan ibu punya akta nikah?’, tanya saya dengan ibu Dini. “Bu saya sudah pisah
dengan bapaknya Dini, saya tidak berkenan kalua
ayahnya yang ditulis di akta nanti”, jelas ibu Dini siswa kelas empat.
Dini anak yang berprestasi di SD Popiya, banyak perlombaan dan kejuaraan diraih
oleh Dini. ‘Bu.. pokoknyo sayo minta tolong anak saya bintinya saya ibunya” ibu
Dini menjelaskan kembali.
Kasus Dini siswa saya betul adanya,
kenapa Dini harus menjadi korban, dia tidak diizinkan ibunya mendapatkan haknya
sebagai anak bapaknya. Keutuhan keluarga sangat memwarnai langkah anak- anak
dalam dunia Pendidikan.
SEMOGA TIDAK ADA DINI YANG LAIN
Komentar
Posting Komentar