PANTUN DAN KAIDAHNYA
Judul : Pantu dan Kaidahnya
Pertemuan ke : 13
Gelombang : 28
Hari,Tanggal : Senin, 06 Februari 2023
Nama : Linda Silawati
Judul : Kaidah Pantun
Nara Sumber : Miftahul Hadi,S.Pd.
Moderator : Dail Ma’ruf, M.Pd.
Menanam
padi di musim hujan
Padi
ditanam berharap panen
Mari
belajar bareng mas hadi kawan
Semoga
semuanya berkenan
Kalau
Puan pergi ke Pasar
Jangan
lupa membeli payung
Kalau
tuan ingin hatinya Bugar
Jangan
lupa membuat pantun
Narasumber KBMN 28 malam ini Senin,
06 Februari 2023 adalah bapak Miftahul Hadi, S.Pd. Beliau merupakan alumni
kelas menulis angkatan 17, beliau seorang guru SDN Raji 1 Demak Jawa Tengah. Biodata
berikut:
Pak Miftah memulai kelas virtual
dengan sebuah pantun.
Bunga sekuntum tumbuh di taman
Daun salam elok mahkota
Assalamualaikum saya ucapkan
Sebagai salam pembuka kata
Pantun dibalas oleh Pak Damar
Menanam padi di musim hujan
Padi ditanam berharap panen
Mari belajar bareng mas Hadi kawan
semoga semuanya berkenan
Ketika Pak Damar bertanya kabar,
dijawab lagi oleh Pak Miftah dengan sebuah pantun.
Kalau tuan ke pulau Mempar
Batu terbelah di gunung Daik
Kalau tuan bertanya kabar
Alhamdulillah kabar baik
Banjir kanal jembatan patah
Rimbun semak di pinggir kali
Salam kenal saya mas Miftah
Dari Demak berjuluk kota wali
Pantun dari Pak Miftah
diselingi oleh Pak Damar.
Kalau Puan pergi ke pasar
Jangan lupa membeli payung
Kalau tuan ingin hatinya bugar
Jangan lupa membuat pantun
Pertanyaan pertama narasumber adalah
apa yang ada di pikiran peserta jika mendengar kata pantun. Jawaban dari
peserta bermacam- macam, Pantun adalah:
- Kata- kata bertaut
- Budaya Betawi yang kini mulai
berkembang
- Bikin senyum dan ketawa
- Jenis puisi lama
- Susunan kata yang teratur dan
bernilai seni tinggi
- Akhir kata harus berirama
- Berpuisi
- Susunan kata yang berakhiran
a-b-a-b
- Suatu kata yang berisi nasehat
- Memiliki empat baris dan sering
disampaikan saat membuka atau menutup sambutan
- Membawa bahagia
Menurut Pak Miftah, pantun identik
dengan suku bangsa Melayu. Namun tiap daerah memiliki pantun. Di Tapanuli
pantun dikenal dengan istilah ende-ende ( Suseno, 2006)
Contoh:
Molo mndurung ho dipabu
Tampul si mardulang-dulang
Molo malungun ho diahu
Tatap siru mondang bulan
Artinya:
Jika tuan mencari paku
Petiklah daun sidulang-dulang
Jika tuan rindukan daku
Pandanglah sang bulan purnama
Di Sunda, pantun dikenal dengan
istilah paparikan (Suseno, 2006)
Contoh:
Sing getolnginum jajamu
Ambeh jadi kuat urat
Sing getol maengan ilmu
Gunana dunya akhirat
Artinya:
Rajinlah minum jamu
Agar kuatlah urat
Rajinlah tuntut ilmu
Bagi dunia akhirat
Di Jawa, pantun dikenal dengan
istilah parikan (Suseno, 2006)
Contoh:
Kabeh-kabeh Gelung konde
Kang Endi kang elung Jawa
Kabeh-kabeh ana kang duwe
Kang Endi kang durung ana
Artinya:
Semua bergelung konde
Manakah si Gelung Jawa
Semua sudah ada yang punya
Siapakah yang belum punya
Dilanjutkan oleh Pak Miftah bahwa
pantun diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada sesi ke
-15 Intergovernmental Commitee for the safeguarding of the Intangible Cultural
Heritage di kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).
Pada hakikatnya, sebagian besar
kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre
campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah
Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan
seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
Definisi pantun , menurut Renward
Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari
kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada
sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa
(Hussain, 2019)
Pantun berasal dari akar kata “TUN”
yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat
Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut
dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)
Kegunaan pantun itu ternyata banyak
sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga
digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu,
perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun.
Pak Miftah menambahkan bahwa
pantun terdiri dari empat baris, idealnya satu baris terdiri dari empat sampai
lima kata, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata.
Baris pertama dan keduadisebut sampiran, barisan ketiga dan keempat disebut
isi. Pantun yang tidak bersajak a-b-a-b akan mengurangi keindahan sajak itu
sendiri. Pantun yang hanya terdiri dari dua baris disebut Karmina atau Pantun
Kilat.
Contoh:
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Apa bedanya pantun , syair, gurindam
dengan karmina?
Syair hampir sama dengan pantun,
terdiri dari empat baris, bersajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki
hubungan/ saling berkaitan.
Contoh:
Inilah kisah bermula kawan
Tentang negeri elok rupawan
Menjadi rebutan haparan jajahan
Hidup mati pahlawan memperjuangkan
Engkau telah mafhum kawan
Penggenggam bambu runcing ditangan
Pemeluk tetes darah penghabisan
Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.
Gurindam hanya terdiri atas dua
baris, bersajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan. Sinkat, padat,
bermakna. Karmina juga terdiri dari dua baris, tapi baris pertama dan kedua
tidak ada hubungannya.
Contoh:
Jika rajin salat sedekah,
Allah akan tambahkan berkah.
Contoh gurindam dari Bu AAm:
Kalau peserta semuanya fokus,
Niscaya semua pasti akan lulus
Bu Aam juga memposting buku solonya
bersama Pak Miftah berupa pantun.
Kiat mudah membuat pantun adalah dengan dengan menambah perbendaharaan kata dengan bunyi akhir sama, pahami ciri- ciri pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu, (isinya dulu, baru sampiran), baru yang terakhir susun baris pertama dan kedua.
Demikianlah materi dari Pak Miftah
yang cukup padat pada malam ini, semoga bisa menambah pemahaman saya tentang
tata cara pembuatan pantun dan mampu membuat pantun yang sesuai dengan
kaidah-kaidah yang telah beliau berikan pada malam ini.
Terimakasih Pak Miftah, saya salut
dan bangga dengan kemampuan Bapak dalam memahami dan menciptakan banyak pantun
yang berkualitas. Semoga Allah membalas semua keikhlasan Bapak dalam mentransfer
ilmu khususnya tentang Kaidah Pantun.
SALAM LITERASI
Salam literasi juga bu
BalasHapusKeren Bu resumenya
BalasHapusMantap Bu Linda resumenya 👍
BalasHapus